Jangan Tampilkan Lagi Ya, Saya Mau!

Pementasan Wek-Wek Akan Akan Digelar Dengan Penuh Hiburan

Pementasan Teater Segitiga Kudus

KlikFakta.com, KUDUS – Dunia ini memang penuh tipudaya. Siapa saja bisa tertipu dan terpedaya. Bahkan seorang penipu pun sering tertipu, sering terpedaya, bahkan oleh dirinya sendiri. Begitu gambaran yang bisa didapatkan dari naskah teater berjudul Wek-wek yang akan segera melakukan pementasan, karya Anton Chekov.

Digambarkan dalam naskah tersebut, empat tokoh yang diadaptasi menjadi punakawan itu memainkan adegan demi adegan yang penuh satir.

Adegan dibuka dengan munculnya Petruk (dimainkan Syamgatet) seorang anak desa yang lugu, yang mendapatkan tugas dari Bagong (HanipB2), untuk menggembalakan bebeknya dengan cara bagi hasil telur.

Celakanya semua bebek tersebut berkelamin betina.

Karena merasa “ditipu” perjanjian kerjasama tersebut, petruk pun merencanakan niat jahat untuk mencuri dua ekor bebek dengan berpura-pura bebeknya mati ditabrak motor.

Bagong yang tidak terima pun melaporkannya ke Semar (Edisu) Kepala Desa yang dianggap bijak. Disisi lain Petruk bertemu Gareng (Yakiniku) yang berprofesi sebagai pengacara. Mereka bekerjasama dan mempersiapkan rencana “licik” untuk memenangkan sidang.

Adegan persidangan di atas pangung mengalir dengan deras sekaligus menggelikan, sampai kemudian Gareng memenangkan persidangan dan Petruk mendapatkan gantirugi dari Bagong. Belum lagi dibagi, uang ganti rugi tersebut dibawa kabur Petruk saat gareng lengah.

Lagi-lagi kita disodori adegan penutup paling satir, Petruk orang yang paling miskin, lugu, dan bodoh, berhasil menipu dan memperdaya Bagong yang pengusaha sukses, Semar yang hakim bijaksana, dan Gareng yang pengacara terpelajar.

Pentas berdurasi hampir satu jam ini dipentaskan di halaman kampus Universitas Muhammadiyah Kudus (UMKU) pada Sabtu, 16 September lalu.

Rencananya, lakon tersebut akan kembali dipentaskan di Halaman Masjid Baitul Muttaqin, desa Margoyoso, Kalinyamatan, Jepara, pada Sabtu, 7 Oktober mendatang, pukul 19:15.

Menurut Syamsu, lakon adaptasi karya Anton Chekov ini hingga kini masih relevan untuk diangkat ke atas panggung. “Sebagai gambaran dan tentu saja kritik terhadap perilaku kita. Yang menarik, adegan-adegan dalam pentas ini dipenuhi dialog dan adegan yang mengundang tawa. Seolah-olah penonton tengah mentertawakan sifat jelek dirinya sendiri”.

Acara ini sendiri dipandegani oleh pemuda desa Margoyo, Jepara, Gabungan Pemuda Mars dan Karangtaruna setempat.

Sebelumnya akan dibuka pentas musikalisasi puisi oleh Kustik Keset, Pipiek Isfianti, dan Retno Kencono Arum Tsurayya. (JIM/GIAN)

Hibahkan Kendaraan Bermotor kepada Yayasan Sosial

Share:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *