Jangan Tampilkan Lagi Ya, Saya Mau!

Perempuan Poli-Culture Perkenalkan Dunia Pertanian Milenial

Perempuan milenial mengikuti kegiatan bercocok tanam di Gumuk Selo Duwur, Desa Batur, Kecamatan Getasan, Kabupaten Salatiga pada Jumat (1/9).

KlikFakta.com, Salatiga – Perempuan milenial asal kota Semarang mengikuti kegiatan belajar dan diskusi pertanian ‘Girls Camp’ yang diinisiasi oleh Integrated Farm Semayur ID dan Sayur Sehat Pak Min di Gumuk Selo Duwur, Desa Batur, Kecamatan Getasan, Kabupaten Salatiga pada Jumat (1/9).

Belasan wanita ini terlihat mengikuti kegiatan dengan antusias mulai dari mendengar berbagai kisahnya Petani Perempuan di Sayur Sehat Pak Min dan Semayur Id yang berlatar sebagai pebisnis perempuan, Konten Kreator di bidang pertanian, Novi Petani Happy dan seniman perempuan asal Kota Semarang, Kartika, yang turut berbagi kisahnya bersama para peserta Girls Camp. 

“Kami mengusung tema Perempuan dari berbagai budaya yang saling belajar dan diskusi di bidang pertanian. Kegiatan ini di inisiasi atas dasar meningkatkan kapasitas perempuan untuk saling mendukung satu sama lain,” Ujar Founder dan CEO Semayur Id Semarang, Dea Kadek 

Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa perempuan adalah mereka yang berjalan bersama untuk saling bertumbuh dalam bidangnya masing-masing. 

“Kami berhasil mengalirkan suasana haru dan ceria di acara ini dengan menghadirkan sosok pemantik dari perempuan-perempuan dengan berbagai latar belakang. Tidak ada kesenjangan yang berjalan mengenai siapa yang lebih hebat, semua setara,” jelasnya.

Kadek menyebut, pihaknya juga mengajak para peserta untuk belajar mencangkul sebagai keseharian petani, menanam bibit sayur brokoli, hingga panen sendiri hasil kebun di Lereng Gunung Merbabu.

Belasan wanita muda asal Kota Semarang belajar cocok tanam di Salatiga

“Kami bukan menanam sayur, kami menanam cinta, Sebagai perempuan poli-culture, tagline ‘Menanam Cinta, Memasak Doa dan Melahirkan Karya’ ini cukup menggugah semangat para peserta,” tandasnya.

Sementara itu, konten kreator asal Boyolali, Novi Petani Happy, mengungkapkan bahwa menjadi petani tidaklah mudah. Terlebih lagi awal karirnya menjajaki dunia perkontenan yang kerap kali dianggap tidak sesuai dengan keseharian petani pada umumnya.

“Dulu sering disindir saat berbicara sendiri didepan kamera, tapi  saya berhasil membuktikan bahwa apa yang saya perjuangkan adalah hal yang menghasilkan. Bertani itu melelahkan, namun banyak senangnya,” katanya. (JIM/GIAN)

Share:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *