KlikFakta.com, Kudus – Masyarakat di Kecamatan Bae Kudus mendapatkan edukasi tentang peningkatan status gizi balita. Warga yang tergabung dalam Nasyiatu Aisyiyah tersebut juga mendapatkan pelatihan wirausaha dari olahan bahan pangan lokal.
Kegiatan tersebut diinisiasi oleh LPPM (Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat) UMKU dengan memanfaatkan pangan olahan lokal yang ada masyarakat setempat untuk meningkatkan gizi balita. Dari olahan pangan lokal tersebut kemudian diarahkan agar dapat dimanfaatkan dalam kegiatan bisnis.
LPPM ini merupkan bagian dari bentuk pengabdian kepada masyarakat dari dosen Universitas Muhammadiyah Kudus. Adapun tim yang terjun di lapangan ialah Indanah, Agustina Eka, Nur Salim, dan. Shinta Dwi Kurnia, Peserta sangat antusias dalam mengikuti kegiatan ini, terlebih bagi ibu yang memiliki balita.
“Balita merupakan masa penting pertumbuhan anak, asupan zat gizi melalui makanan dan hidup sehat pada periode ini akan menentukan pertumbuhan dan perkembangan di masa yang akan datang” ujar Ketua tim LPPM UMKU, yang juga sebagai Dekan Fakultas Kesehatan UMKU, Indanah saat dihubungi pada Jumat (1/9).
Lebih lanjut, Ia menyebut saat ini Indonesia masih menghadapi permasalahan gizi yang berdampak serius terhadap kualitas sumber daya manusia (SDM), salah satu masalah kekurangan gizi yang masih cukup tinggi di Indonesia adalah pendek (stunting) dan kurus (wasting) pada balita serta masalah anemia dan kurang energi kronik (KEK) pada ibu hamil.
“Masalah kekurangan gizi pada ibu hamil tersebut pada akhirnya dapat menyebabkan berat badan bayi lahir rendah (BBLR) dan kekurangan gizi pada balita. Ini yang kita upayakan untuk menekan permasalahan ini,” jelasnya.
Indanah menjelaskan, Permasalahan gizi yang terjadi dapat disebabkan oleh asupan makanan yang tidak seimbang, penyakit infeksi dan penyebab tidak langsung seperti masih tingginya kemiskinan, rendahnya sanitasi lingkungan, ketersediaan pangan yang kurang, pola asuh yang kurang baik, dan pelayanan kesehatan yang belum optimal.
“Bahan pangan lokal seperti beras, jagung, singkong, pisang dan lain-lain dapat disajikan sebagai MP ASI dengan memperhatikan standar dan kriteria makanan pendamping asi, Komposisi gizi, tekstur, cara pengolahan dan bahan tambahan perlu diperhatikan sesuai dengan usia balita agar tidak menimbulkan permasalahan ketika dikonsumsi” paparnya.
Pihaknya menjelaskan, untuk menekankan pemanfaatan bahan makanan lokal sebagai penunjang kegiatan bisnis, bahan pangan lokal juga dapat digunakan sebagai produk dalam berwirausaha.
“Selain dimanfaatkan sebagai MP ASI, bahan pangan lokal seperti singkong, jagung, gembili dan masih banyak lagi, dapat diolah dan dikemas secara modern sehingga dapat didistribusikan secara luas serta menambah nilai ekonomis dari bahan tersebut serta dapat meningkatkan perekonomian keluarga,” tandasnya. (JIM/GIAN)