Jangan Tampilkan Lagi Ya, Saya Mau!

Tradisi Sawur Dawet Khas Jepara Kembali Digaungkan

Prosesi Sawur Dawet di Desa Pecangaan Kulon, Jepara, Senin (05/6/2023) (KlikFakta/Nur Ithrotul Fadhilah)

KlikFakta.com, JEPARA – Meski sempat tak ada, tradisi Sawur Dawet kembali hadir untuk kedua kalinya saat sedekah bumi di Desa Pecangaan Kulon, Kecamatan Pecangaan, Kabupaten Jepara pada Senin (05/6/2023).

Menurut cerita dan berbagai sumber, Sawur Dawet merupakan tradisi di musim kemarau sebagai wujud penangkal bencana atau tolak balak.

“Sawur dawet, ternyata di era dahulu sesepuh kalau memang saat sedekah bumi biasanya untuk tolak balak, petinggi menyawurkan mensawur-sawurkan dawet ke masyarakatnya,” terang M. Abdurrahman, petinggi Desa Pecangaan Kulon.

Sawur dawet adalah kegiatan mencipratkan dawet di dalam gentong yang dilakukan oleh petinggi desa. Sebelum dicipratkan, petinggi memimpin doa dan melantunkan al-fatihah untuk kebaikan Desa Pecangaan Kulon.

“Sawur dawet biasanya dilakukan saat musim panas atau kekeringan tapi kita sajikan jadi satu dalam satu rangkaian budaya sedekah bumi sekaligus haul masyayikh se-Desa Pecangaan,” terangnya.

Saat dawet dicipratkan, para warga berebut untuk terkena cipratan dawet karena dipercaya akan membawa keberkahan dan menolak bencana. Beberapa dari mereka pun melantunkan doa-doa.

Sebelumnya, dawet tersebut diarak dari balai desa menuju makam Mbah Buyut Malang yang merupakan sesepuh desa. Dalam arak-arakan tersebut juga terdapat tombak cangak, tumpeng, dan gunungan hasil bumi.

Saat sampai di makam Mbah Buyut Lanang, Pemerintah Desa beserta warga berziarah dan berdoa. Saat prosesi tersebut, petinggi memberikan sedekah ke Mbah Buyut Lanang.

“Kutuk lengker hampir punah hampir masyarakat tidak tahu sedekah bumi dari pihak petinggi memberikan sedekahan ke Mbah Buyut Lanang,” katanya.

Dalam sedekah tersebut berisi tujuh dedaunan atau kuluban yang tak boleh berasa.

“Kuluban ini tidak boleh asin, tidak boleh pakai obat masak (micin), tapi semuanya pada alam dan tidak boleh digoreng,” jelasnya.

Pusaka Tombak Cangak

Tak hanya sawur dawet, dalam arak-arakan tersebut juga membawa tombak cangak yang menjadi pusaka Desa Pecangaan Kulon.

Sebelumnya, sudah dilakukan jamasan pusaka oleh Pangeran Raja Abdulgani Natadiningrat dari Kesultanan Kacirebonan.

Hadirnya Kasultanan Kacirebonan sebab pihaknya memiliki pusaka cangak yang juga menjadi cerita asal usul desa.

Petinggi Desa Pecangaan Kulon menerangkan, dari beberapa sumber, dahulu Ratu Kalinyamat yang membawa jasad Sultan Hadlirin melewati daerah yang ada burung cangak. Daerah itu kini bernama Desa Pecangaan.

“Senada dengan Kacirebonan ada pusaka cangak yang kemarin alhamdulillah sedekah bumi tahun 2022 diberikan melalui Bapak Bambang dari Sukodono (Kedung, Jepara),” kata Petinggi.

“Diberikan ke desa Pecangaan kulon untuk simbolis pusaka desa Pecangaan Kulon yaitu tombak cangak,” sambungnya.

Share:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *