Jangan Tampilkan Lagi Ya, Saya Mau!

Tradisi Perang Obor, Nyali Sportif Merayakan Kebudayaan

Tradisi perang obor di Desa Tegalsambi, Jepara (5/6/2023)

KlikFakta.com, JEPARA – Tradisi perang obor menjadi tradisi yang sarat makna. Sebab selain untuk tolak balak, perang obor juga dapat membawa keberkahan.

Petinggi Tegalsambi Agus Santoso mengatakan, tradisi perang obor digelar setiap Senin pahing dalam penanggalan Islam bulan Dzulhijah.

Sebelumnya, sudah ada rangkaian panjang selama 35 hari yang diawali ritual berziarah leluhur Desa Tegalsambi.

Agus menerangkan hal tersebut sebagai bentuk edukasi, utamanya generasi muda.

“Edukasi untuk anak-anak muda paling tidak mengetahui sejarah desanya,” terangnya.

Agus Santoso menyebut ada sekitar 350 obor dengan 40 pemain.

Meski ada orang tua dan anak yang saling adu di perang obor, namun itu menjadi hal sportif sebab seusai perang obor tak ada lagi pertengkaran.

“Pemuda-pemuda yang berani bernyali tapi sportif artinya Perang obor kita merayakan kebudayaan bersama tanpa ada niat menyakiti,” terangnya.

Seusai perang obor, ada beberapa pemain yang terluka karena sabetan atau cipratan api dari perang obor. Mereka kemudian mendapat obat ramuan tradisional buatan istri petinggi.

Obat tradisional itu berasal dari minyak kelapa dan bunga telon. Tak hanya peserta, penonton yang terluka pun mendapat pengobatan.

Agus berharap agar generasi selanjutnya dapat melestarikan dan nguri-nguri tradisi ini.

“Walaupun perang obor sudah beratus-ratus tahun, tetap kita laksankan sebagai bentuk melaksanakan amanat atau pesan dari orang tua,” jelasnya.

Baginya, jika perang obor tetap lestari maka bisa menjadi inspirasi dan memunculkan inovasi.

Sementara itu, Pj Bupati Jepara Edy Supriyanta menerangkan perang obor sebagai atraksi budaya turun temurun harus tetap lestari sebab mengandung filosofi luhur.

Pada 2021, tradisi perang obor telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda oleh Kementerian Kebudayaan dan Pendidikan Indonesia di tingkat nasional.

Perang obor merupakan pusat keramaian nomor 2 setelah Tradisi Lomban.

“Harapannya maka tingkat perekonomian di Jepara bisa meningkat,” katanya.

Share:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *