KlikFakta.com, JEPARA – Sudah seharusnya pemerintah Indonesia memberikan solusi bagi mahasiswa yang terancam mandek studi di Sudan.
Lantaran perang antar dua faksi militer mereka terpaksa pulang ke tanah air meninggalkan proses pembelajaran.
Pengurus Ikatan Alumni Sudan Abdul Baits Muhtar menuturkan, jika perang yang berkecamuk berlangsung lama, studi para mahasiswa indonesia terancam mandek.
Ia menerangkan ada beberapa skema untuk menanggulangi hal tersebut, Salah satunya adalah pembelajaran daring.
“Beberapa negara Timur Tengah yang pernah ada perang akhirnya mengadakan kuliah online,” ujar Baits kepada Klikfakta.com, Kamis (27/4/2023) malam.
Selain itu, solusi lain adalah dengan membuat kampus cabang di Indonesia dengan pengajar dari Sudan.
Baits menjelaskan kebanyakan mahasiswa asal Indonesia di Sudan sudah menginjak semester 4 ke atas. Ada pula yang mengerjakan tugas akhir atau skripsi.
“Kemarin kan ada Covid, jadi tidak ada mahasiswa yang melanjutkan studi di sana. Tapi baru kemarin ada 5 mahasiswa yang diterima di Sudan. Jadi sekitar baru semester awal,” terangnya.
Kebanyakan mahasiswa tersebut menempuh program studi keagamaan seperti bahasa Arab, tarbiyah, dan lain-lain di International University of Africa yang terletak di Khartoum, Sudan.
Skema lain adalah mempersilahkan para mahasiswa ikut perkuliahan di kampus di Indonesia sesuai dengan jurusan mereka saat studi di Sudan.
“Salah satunya bisa ikut di UIN Jakarta, dengan jurusan yang sama seperti saat di Sudan,” katanya.
Mengenai kurikulum, Baits menuturkan antara Sudan dan Indonesia tak begitu ada perbedaan yang signifikan. Hanya saja saat di Sudan, para mahasiswa mendapatkan muatan lokal seperti mata kuliah kebudayaan Sudan.
Skema tersebut tak mungkin terlaksana tanpa bantuan dari pemerintah setempat. Ia berharap agar pemerintah memikirkan kelanjutan studi para mahasiswa yang kuliah di Sudan.
“Kami tahu perjuangan mereka agar bisa kuliah di Sudan. Mereka sudah nyaman kuliah di sana. Kami tahu jika mereka tak semuanya dari keluarga mampu, jadi ada yang mendapat beasiswa,” jelas Baits.
Menurutnya, jika perang telah usai dan mahasiswa kembali ke Sudan, maka pemerintah harus turun tangan.
Mulai dari memikirkan persiapan keberangkatan seperti visa, paspor, dan tiket pesawat meskipun mereka ada yang mendapat beasiswa.