KlikFakta.com, JEPARA – Sekolah menjadi salah satu tempat pembelajaran yang sangat strategis, tak terkecuali pembelajaran mengenai ilmu falak. Melalui sekolah, para siswa ditempa untuk memahami ilmu falak yang akhirnya dapat menumbuhkan para pakar falak.
MA Matholiul Huda Bugel, Kedung, Jepara menjadi salah satu sekolah yang menjadikan ilmu falak sebagai mata pelajaran muatan lokal bagi jurusan agama.
Meski sempat vakum puluhan tahun, pada 2012 ilmu falak kembali menjadi pelajaran.
“Vakum sampai puluhan tahun, bahkan saat saya sekolah di sini sekitar tahun 2005 masih belum ada pelajaran falak. Muncul lagi pada tahun 2012,” terang guru ilmu falak MA Matholiul Huda, Ali Maftukin Senin (2/4/2023).
Pembelajaran ilmu falak tak hanya melalui mata pelajaran namun juga ekstrakulikuler yang banyak peminatnya.
“Dulu sebelum pandemi ada sekitar 300 siswa yang berminat untuk ikut ekstra falak, namun setelah pandemi agak menurun tinggal kurang lebih 100 siswa,” katanya.
Pria lulusan UIN Walisongo tersebut menerangkan jika konsep pembelajaran fokus ke arah praktek. Karena jika menghitung, ia menilai para siswa akan cenderung bosan.
“Contohnya mengukur arah kiblat, itu kalau sesuai dengan urutan kan ngitung dulu, habis itu baru praktek. Tapi saya tidak menggunakan metode seperti itu. Saya siapkan hasil perhitungan, habis itu praktek di lapangan. Setelah itu baru saya jabarkan hitungannya,” jelasnya.
Ia menerangkan kendala pengembangan ilmu falak di sekolah adalah masa pembelajaran yang hanya tiga tahun.
“Saat anak-anak mulai bisa, terus kemudian mereka lulus, jadi terhenti di situ. Kecuali kita mempunyai lembaga atau wadah sendiri di luar sekolah akan bisa berlanjut,” papar Maftukin.
Selain MA Matholiul Huda Bugel, adapula MA Nurul Islam Kriyan, Kalinyamatan, Jepara yang menjadikan ilmu falak sebagai mata pelajaran.
Iseh Sulaiman Rois, guru ilmu Falak MA Nurul Islam menerangkan jika minat belajar siswa terhadap ilmu falak cukup tinggi.
“Minat cukup tinggi, mungkin itu hal baru bagi mereka,” terangnya belum lama ini.
Rois menerangkan jika ia menerapkan metode pembelajaran dengan hitung-hitungan yang siswa sukai. Pembelajaran ilmu falak mulai dari penghitungan kalender, hisab awal bulan, dan penentuan arah kiblat.
Mengenai stigma ilmu falak adalah ilmu yang sulit, Rois mengharapkan agar tak menjadikannnya sebagai alasan untuk tidak belajar ilmu falak.
“Falak memang bisa dikatakan ilmu yang cukup sulit, tapi jangan terganggu dengan stigma itu. Kalau kita tidak mencoba, bagaimana kita tahu,” jelasnya.
Ia juga mengharapkan munculnya sosok-sosok penerus para ahli falak seperti KH Turaichan Adhjuri, KH Noor Ahmad, dan lain-lain.