Jangan Tampilkan Lagi Ya, Saya Mau!

Jeritan Warga & Petani Tambak Karimunjawa Soal Wacana Penutupan

Sejumlah warga karimunjawa yang bekerja di tambak (foto KF/Aris)

klikFakta.com, JEPARA – Wacana tentang penutupan tambak di wilayah terluar Kabupaten Jepara, Karimunjawa membuat resah sejumlah pekerja dan petani tambak di Karimunjawa. Pasalnya, mereka menggantungkan sumber penghidupan selama bertahun-tahun dari tambak-tambak tersebut.

Hal itu terungkap setelah tim klikfakta.com mendatangi langsung lokasi tambak di wilayah Karimunjawa, Sabtu (29/4/2023). Seperti diketahui, Karimunjawa adalah wilayah kepulauan di Kabupaten Jepara  dengan luas  daratan sekitar 1.500 hektare dan perairan sekitar 110.000 hektare. Sebagian besar masyarakat di Karimunjawa hidupnya bergantung pada hasil laut, namun belakangan sebagian masyarakat menggantungkan hidupnya sebagai pembudidaya udang atau petani tambak. 

Salah satu warga Karimunjawa, yang juga petani tambak  adalah Suroto. Ia merasa sangat resah dengan wacana penutupan tambak di Karimunjawa. Menurutnya, tambak di wilayahnya merupakan sumber penghidupan yang sudah turun temurun dari orang tua.

“Kabar di media tentang penutupan tambak ini sangat meresahkan sekali mas, kami hidup dari tambak sudah turun temurun bertahun-tahun. Tiba-tiba ada kabar ditutup, tidak boleh ada tambak,” kata Suroto.

Suroto tidak mampu membayangkan apabila benar di Karimunjawa tidak diperbolehkan lagi budidaya udang atau ikan dengan tambak. Pasalnya, tambak adalah satu-satunya jalan hidup yang selama ini ia geluti bertahun-tahun.

“Selama ini untuk kebutuhan sehari-hari, bayar sekolah anak kita bergantung di tambak. Saya berharap pemerintah bisa melihat langsung bagaimana masyarakat disini sebagai petani budidaya tambak udang kalo isunya kita mencemari laut atau lingkungan, mana yang tercemar,” tuturnya.

Suroto juga berharap pemerintah hadir langsung ke lokasi tambak, menemui warga terutama para petani, mendengarkan keluh kesah mereka dan menawarkan solusi yang terbaik. “Tidak solusi sepihak saja, apalagi hanya mendengarkan omongan orang di luar yang tidak pernah datang langsung kesini,” tegasnya.

Hal senada juga dikatakan Ali, yang juga petani tambak di Karimunjawa. Menurut Ali, selama bertahun-tahun sebagai petani tambak dirinya merasa aman-aman saja. Namun sejak ada isu penutupan di media sosial menjadi resah.

“Selama ini masyarakat baik-baik saja, tapi adanya isu penutupan tambak masyarakat jadi resah karena khawatir bakal hilang mata pencaharian kami. Di sisi lain juga kan pekerja disini adalah para masyarakat atau warga Karimunjawa. Prosesnya dari mulai tanam sampai panen, juga melibatkan banyak warga lain. Kalau ditutup kita makan apa,” pungkasnya.

Reporter: Aris S

Share:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *