Jangan Tampilkan Lagi Ya, Saya Mau!

Hari Tuberkulosis Dunia Momen Tingkatkan Kesadaran

paru-paru orang yang terdiagnosis tuberkolosis (Foto: Kemenkes)

KlikFakta.com – Hari ini, 24 Maret 2023 adalah hari Tuberkulosis atau TBC dunia, sebuah momen untuk meningkatkan kesadaran tentang penyakit berbahaya ini. Menjadi penyakit yang menular, perlu usaha maksimal dari berbagai kalangan untuk menurunkan angka penderita TBC.

Melansir dari yankes.kemenkes.go.id, TBC adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis di paru. Kondisi ini, kadang disebut juga dengan TB paru.

Bakteri tuberkulosis yang menyerang paru menyebabkan gangguan pernapasan, seperti batuk kronis dan sesak napas.

Penanganan penyakit TBC saat ini menjadi program prioritas nasional pemerintah. Hari tuberkulosis dunia mengingatkan pemerintah memiliki cita-cita untuk eliminasi TBC di tahun 2030.

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Jepara, dr Eko Cahyo Puspeno menjelaskan pentingnya peran lintas sektoral dalam pencegahan dan penanggulangan kasus TBC, tak terkecuali di Jepara.

“Kita mengundang lintas sektor yang terkait untuk bersama-sama berkomitmen untuk pencegahan dan penanggulangan TBC,” ungkapnya.

Ia menerangkan setiap kabupaten memiliki target penemuan TBC, sehingga perlu adanya peningkatan kinerja untuk penemuan kasus.

Di Jepara sendiri pada tahun 2022 baru menemukan 41 persen dari target angka penemuan kasus rasional yakni 90 persen penemuan di tahun 2024 dari populasi yang ada.

Dinkes Jepara melakukan berbagai upaya salah satunya menemukan kasus terduga TBC yang datang ke fasilitas kesehatan.

“Kita mengenali gejala-gejala TB lalu pemeriksaan penunjang,” jelas Eko.

Ia membeberkan tantangan yang harus dihadapi untuk penanggulangan TBC yakni beberapa penderita tak menyadari gejala TBC.

“Mungkin di faskes jumlah (penderita) terbatas, karena ada sebagian masyarakat gejalanya TBC, tapi tidak menyadari sehingga tidak berobat,” jelas dokter jebolan Universitas Diponegoro.

Mengenai gejala TBC, Eko menerangkan ada beberapa. Di antaranya gejala utama yakni batuk lebih dari 2 minggu. Untuk gejala tambahan bisa demam, nyeri dada, batuk darah, nafsu makan turun, berat badan turun, keringat makan, dan lain lain.

Ia menjelaskan jika sudah mengetahui adanya penderita TBC, pihaknya selalu menggiatkan investigasi kontak penderita positif TBC dengan kontak serumah maupun satu tempat kerja.

Pada tahun 2022, di Indonesia jumlah kasus TBC terbanyak yaitu pada kelompok usia produktif terutama pada usia 45 sampai 54 tahun.

Di Jepara, ia menerangkan pernah melakukan tracking di sebuah pabrik karena salah satu karyawan positif TBC. Ia mengapresiasi kepada pihak industri yang bisa bekerjasama.

Selain itu, pihaknya juga sering melakukan tracking ke populasi yang beresiko adanya pengidap TBC.

“Contoh ke Rutan (rumah tahanan), kita juga menemukan di situ. Kemudian rumah-rumah yang padat penduduk. Atau mungkin kawasan-kawasan kumuh,” katanya.

Eko menegaskan pentingnya peningkatan kampanye dan penyuluhan mengenai TBC baik langsung kepada masyarakat dan melalui media sosial. Selain itu, perlunya menguatkan jejaring pelayanan dengan fasilitas kesehatan.

Share:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *