Jangan Tampilkan Lagi Ya, Saya Mau!

Kenapa Aku Tidak Bermimpi dan Apakah itu Buruk?

(sumber foto: VOI.id)

KlikFakta.com – Pernah mendengar cerita teman tentang mimpinya semalam dan bertanya-tanya, kenapa aku tidak bermimpi?

Wah, sepertinya kita sama. Penulis juga bertanya-tanya. Saat masih anak-anak, penulis sering bermimpi dan masih ingat beberapa mimpi itu. Tapi setelah semakin dewasa, penulis merasa tidak lagi bermimpi. Lalu, apakah kita normal?

Sepenting apakah mimpi?

Kadang penulis juga penasaran tentang fungsi sebenarnya dari mimpi. Pada dasarnya, sama dengan yang dikatakan Raj Dasgupta dari Healthline, peneliti masih belum tahu fungsi mimpi. Tapi beberapa peneliti sudah mencoba mencari tahu.

Ini penulis rangkum dari artikel Nicola Dall-asen di allure.com.

Profesor klinis psikiatri dan ilmu perilaku di Stanford Center for Sleeep Scienes and Medicini, Rafael Pelayo, menyatakan hipotesisnya kalau mimpi penting untuk memilah memori.

“Sepanjang hari anda dibombardir dengan informasi, apa yang membantu kita beradaptasi dengan dunia luar adalah kemampuan untuk mengambil informasi baru ini, mengintegrasikannya ke dalam hal-hal sebelumnya yang telah kita pelajari dan membuat hubungan antara keduanya,” kata dia.

Singkatnya, mimpi adalah proses mengingat dan melupakan.

Ibaratnya, kamu tinggal di lingkungan penuh singa, otomatis akan bahaya kalau kamu tidak tahu semua seluk beluk lawan kamu. Jadi otak akan memproses ciri-ciri singa dan membuatmu ingat.

Tapi setelah kamu pindah ke lingkungan penuh kucing, kamu harus menyesuaikan diri dengan mengingat seluk beluk kucing. Jadi otak kamu akan menghapus ciri singa yang tidak penting dan menggantinya dengan ingatan soal kucing.

Pendapat hampir sama juga diungkapkan psikolog klinis dan profesor di divisi kesehatan masyarakat University of Utah, Kelly Baron. Dia menyatakan kalau mimpi berhubungan dengan pembentukan memori jangka pendek dan jangka panjang.

Jika bertanya-tanya setelah fakta diatas soal pentingnya mimpi, pasti jawabannya adalah penting. Kata Pelayo, “Jika anda tidak bermimpi, anda mungkin akan tetap berfungsi, tapi mungkin tidak berfungsi secara optimal. Itu adalah pemikiran di balik (hipotesis) ini”.

Apa Ada yang Salah denganku?

Yah, ini tergantung. Kalau kamu tidur cukup (kurang lebih 7 jam) tapi tidak bermimpi, itu artinya kamu tidak apa-apa. Seperti kata Pelayo, mimpi terjadi pasa masa rapid eye movement (REM). Fase ini biasanya terjadi pada fase akhir tidur. Bisa saja, kamu tidak ingat mimpimu, dan itu benar-benar normal.

“Jika anda bangun di pagi hari dengan segar, maka anda mungkin tidur nyenyak dan tidak ada yang abnormal tentang itu,” kata Pelayo.

Berbeda cerita bagi mereka yang insomnia atau sleep apnea karena kondisi ini cenderung menghambat orang masuk fase REM. Kadang, mereka dengan kondisi ini sedang terganggu kesehatan mentalnya. Bisa saja anxiety atau depresi.

Kualitas tidur yang buruk juga bisa meningkatkan risiko dua gangguan kesehatan mental itu.

Ada lagi yang harus diperhatikan, kurang tidur atau tidur hanya 4 jam per hari sebenarnya tidak terlalu buruk. Dengan catatan, tidak mengalami perasaan tidak enak, suhu tubuh normal, tekanan darah ideal, dan memiliki jadwal yang terpola.

Kalau sudah begini, bukankah akan lebih baik kalau penulis menyerahkan sepenuhnya pada pembaca untuk mengidentifikasi yang mana?

Meskipun begitu, kalau pembaca ragu, ada baiknya menemui dokter.

(MM)

Share:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *