Jangan Tampilkan Lagi Ya, Saya Mau!

Dua kali Gagal, Pemkab Jepara Dukung Gagasan Ratu kalinyamat Jadi Pahlawan Nasional

Perwakilan yayasan Dharma Bakti Lestari Nur Hidayat saat memberikan sambutan (KF-Ali Akbar)

Klikfakta.com, JEPARA – Sudah dua kali Pemkab Jepara berupaya mengusulkan gelar Pahlawan Nasional untuk Ratu Kalinyamat. Usulan itu dilakukan pada tahun 2005 dan 2016, namun sampai kini belum membuahkan hasil. Hal itu membuat Pemkab Jepara mendukung kembali gagasan menjadikan Ratu kalinyamat sebagai pahlawan nasional yang di gelorakan Yayasan Dharma Bakti Lestari

“Kami juga sudah pernah mengusulkan kepada pemerintah pusat. Tahun 2005 bersama pusat penelitian dari Universitas Diponegoro dan tahun 2016 bersama UGM (Universitas Gajah Mada),” ujar Bupati Jepara Ahmad Marzuqi dalam sambutannya yang dibacakan Kabag Kesra Pemkab Jepara, Suhendro, Minggu, 10 Maret 2019.

Dua kali usulan di tolak pemerintah pusat Bupati Jepara mengaku kecewa, Menurutnya Alasan penolakan gelar Pahlawan Nasional bagi Ratu Kalinyamat dinilai salah tafsir.

“Alasan penolakan karena masalah Tapa Wuda Sinjang Rekma.padahal  Kalimat tersebut hanya kiasan. Jadi yang dimaksud itu bukan bertapa tanpa busana, tapi yang dimaksud itu Ratu Kalinyamat meninggalkan urusan keduniawian,” kata Marzuqi.

Selain itu Sebagai seorang Raja, apa yang di lakukan Ratu Kalinyamat sungguh luar biasa, dirinya rela meninggalkan kerajaan serta Menanggalkan kemewahan sebagai seorang ratu dan Kemudian mengasingkan diri ke tempat terpencil.

“Ini adalah perjuangan yang sangat luar biasa. sebagai Ratu dirinya mampu menanggalkan kemewahan dan mengasingkan diri, Jadi jangan hanya dilihat tapa wuda sinjang rekma karena ada perbedaan penafsiran,” ungkap Marzuqi.

Setelah melakukan kajian akademik dan sejumlah penelitian, juga melihat sepak terjang Ratu Kalinyamat dalam usaha mengusir Portugis dari tanah nusantara.Yayasan Dharma Bakti Lestari kembali menggelorakan usulan gelar pahlawan nasional untuk disematkan kepada Ratu Kalinyamat.

“Bukti-bukti dan kajian-kajian sudah kami lakukan. Pemkab Jepara juga memberikan dukungan,” ujar Nur Hidayat, perwakilan Yayasan Dharma Bakti Lestari.

Nur Hidayat juga menegaskan, bahwa yang dimaksud Tapa Wuda Sinjang Rekma adalah bentuk sikap intropeksi diri Ratu Kalinyamat. Itu diketahui dari hasil penelusuran yang dilakukan tim peneliti.

“Jadi pemaknaan yang dilakukan pemerintah pusat masih terlalu dini. Pemerintah memaknainya tapa wuda sinjang rekma itu secara fisik bertapa telanjang. Jadi bukan itu,” tandas Nur Hidayat.

“Kami juga sudah pernah mengusulkan kepada pemerintah pusat. Tahun 2005 bersama pusat penelitian dari Universitas Diponegoro dan tahun 2016 bersama UGM (Universitas Gajah Mada),” ujar  Marzuki Dalam sambutannya

Dua kali usulan di tolak pemerintah pusat Bupati Jepara mengaku kecewa, Menurutnya Alasan penolakan gelar Pahlawan Nasional bagi Ratu Kalinyamat dinilai salah tafsir.

“Alasan penolakan karena masalah Tapa Wuda Sinjang Rekma.padahal  Kalimat tersebut hanya kiasan. Jadi yang dimaksud itu bukan bertapa tanpa busana, tapi yang dimaksud itu Ratu Kalinyamat meninggalkan urusan keduniawian,” kata Marzuqi.

Selain itu Sebagai seorang Raja, apa yang di lakukan Ratu Kalinyamat sungguh luar biasa, dirinya rela meninggalkan kerajaan serta Menanggalkan kemewahan sebagai seorang ratu dan Kemudian mengasingkan diri ke tempat terpencil.

“Ini adalah perjuangan yang sangat luar biasa. sebagai Ratu dirinya mampu menanggalkan kemewahan dan mengasingkan diri, Jadi jangan hanya dilihat tapa wuda sinjang rekma karena ada perbedaan penafsiran,” ungkap Marzuqi.

Setelah melakukan kajian akademik dan sejumlah penelitian, juga melihat sepak terjang Ratu Kalinyamat dalam usaha mengusir Portugis dari tanah nusantara.Yayasan Dharma Bakti Lestari kembali menggelorakan usulan gelar pahlawan nasional untuk disematkan kepada Ratu Kalinyamat.

“Bukti-bukti dan kajian-kajian sudah kami lakukan. Pemkab Jepara juga memberikan dukungan,” ujar Nur Hidayat, perwakilan Yayasan Dharma Bakti Lestari.

Nur Hidayat juga menegaskan, bahwa yang dimaksud Tapa Wuda Sinjang Rekma adalah bentuk sikap intropeksi diri Ratu Kalinyamat. Itu diketahui dari hasil penelusuran yang dilakukan tim peneliti.

“Jadi pemaknaan yang dilakukan pemerintah pusat masih terlalu dini. Pemerintah memaknainya tapa wuda sinjang rekma itu secara fisik bertapa telanjang. Jadi bukan itu,” tandas Nur Hidayat.

REPORTER : ALI AKBAR F
EDITOR : WAHYU KZ

Share:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *