Ribuan nahdliyin Jepara merayakan Harlah NU di alun-alun dua Jepara. [KF-089] |
klikFakta.com, JEPARA – Ribuan warga NU (Nahdliyin) Kabupaten Jepara, Jawa Tengah menyatakan siap mengusir pendatang yang suka mengkafirkan dan mensyirikkan orang lain, lebih-lebih kepada sesama umat Islam.
Pernyataan itu merupakan jawaban mereka atas pertanyaan yang dilempar oleh Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Kiai Said Aqil Siroj saat mengisi sambutan dalam rangka Harlah NU ke 94 di alun-alun dua Kabupaten Jepara, yang digelar oleh PCNU Kabupaten Jepara, Minggu (16/04/2017).
Menurut kiai Said, masyarakat dan umat Islam Indonesia memiliki budaya yang luhur, misalnya memiliki tradisi muludan, syukuran ketika mendapatkan rizeki berlimpah, selametan ketika memiliki bayi, sedekahan ketika naik pangkat, baca yasin, tahlilan dan manaqiban. Itu merupakan tradisi yang telah mengakar dalam masyarakat dan sudah diakulturasi dengan nilai-nilai Islam oleh para leluhur.
“Kalau ada orang tiba-tiba datang, tidak ikut bangun masyarakat dan pesantren serta masjid, tiba-tiba bilang musyrik, kafir, sesat, neraka. Itu buat rusuh atau tidak? tanya kiai Said. Kemudian dijawab oleh massa dengan kata “rusuh.!”
Lalu disambung dengan pertanyaan lagi dari kiai Said, “Kalau ada yang bikin rusuh dan kacau masuk Jepara harus?” Dijawab oleh massa dengan kata “Diusir.!” kemudian disambung kiai Said “Berani?” Dijawab oleh massa dengan kata “Berani.!” dengan suara gemuruh.
Kiai Said menjelaskan, pendiri NU yakni Kiai Hasyim Asyari pernah menyatakan jihad melawan penjajah. Membolehkan membunuh orang yang membuat kacau, namun tidak pernah mengkafir-kafirkan. “Kalau ada penjajah, boleh dibunuh tetapi beliau tidak pernah menyebut mereka kafir,” katanya.
Kiai yang 13 tahun lebih mengenyam pendidikan di Timur Tengah tersebut juga menjelaskan, Rosulullah memberlakukan semua orang sama, meskipun agama berbeda, asal negara berbeda. Yang berlaku adalah kewarganeganaan. Itu dicontohkan Rosul ketika di Madinah.
“Nabi Muhammad saat khutbah Jumat mengungkapkan tidak boleh ada permusuhan, kecuali kepada yang dzolim misal pembunuh, narkoba, judi, dan pejabat yang korupsi. Permusuhan beda agama tidak boleh, jika ada yang dzolim itu baru musuh. Bukan latar belakang suku atau agama,”
Ia mencontohkan akhlak mulia layaknya pemilik bus, mempromosikan kelebihan bus harus dengan ramah agar calon penumpang tertarik. Berbeda ketika bus istimewa tapi menawarkannya dengan paksaan tentu tidak menarik bagi calon penumpang.
“Begitu juga dengan Islam, harus ramah agar menarik bagi yang lain untuk masuk Islam. Bukan dengan cara mengancam. Dengan keramahan, Islam bisa semakin disukai karena Islam adalah agama Rahmatan lil alami,” katanya.
Dalam Harlah NU kali ini, PCNU Kabupaten Jepara menggelar segangkaian kegiatan. Salah satunya adalah sepeda santai yang dihadiri puluhan ribu warga NU.
klikFakta.com/089
Mantap kyai